Cerita Kecil di Sebuah Kafe
Di sebuah malam, aku duduk di pojok kafe. Menyantap hidangan Chocomelt yang terasa lembut di lidah. Dan dengan leluasa mengamati segala polah pengunjung yang lain.
Tertumbuk mataku dan menatap lekat pada sebuah kereta bayi, di dekat sekelompok orang yang sedang tertawa dan mengepulkan asap. Sebuah kereta bayi, di sebuah kafe, dengan orang-orang berasap, pukul sebelas malam.
I think what I wanna think about.
Sepertinya ada sebuah keluarga muda yang sedang nongkrong dengan kawan-kawannya. Ibu si bayi sedang mencoba membujuk si bayi yang menangis keras. Tatapannya memang khas seorang ibu muda yang sangat menyayangi buah hatinya yang sepertinya baru beberapa bulan saja keluar dari gua nyaman dalam perutnya. Tapi tetap saja, dia tak terlalu jauh berjarak dengan asap-asap itu.
Ah, seandainya aku menjadi si bayi tersebut, apa yang akan kukatakan ya…?
Mungkin aku akan berkata begini:
Andai saja aku sudah bisa berkata
Maka bolehkah aku mencerca
Mengeluarkan caci dan maki dalam marah
Pada mulut-mulut berasap itu
Andai tangan ini sudah mampu bergerak bebas
Maka bolehkah aku menuding muka-muka bodoh itu
Meluapkan rasa tidak terima
karena kebutaan yang bodoh tertutup asap
Dan aku hanya terkurung dalam rengekan
Mencoba menarik hati sang bunda
Mencoba menyadarkan pengasap-pengasap itu
Atau menyimpan dendam padanya
Gyahahaha…sungguh perumpaan yang bodoh, dengan seolah menempatkan diriku menjadi si bayi itu. Dengan kepolosan seorang bayi, apa mungkin ya dia akan berkata sedemikian keras seperti apa yang kutulis di atas. Hehehe.. aku nyengir saja, ah… :D
One Comment
Stop Dreaming Start Action
Terima kasih untuk sharing ya. Salam Kenal.