Uncategorized

Musik dan Percakapan: Meet The Labels 2014

The true beauty of music is that it connects people. It carries a message, and we, the musicians, are the messengers.

Roy Ayers

Kalau musik seringkali disebut sebagai bahasa universal, menurut saya salah satunya juga karena dengan musik kamu akan bisa memulai percakapan baru meski dengan orang yang enggak kamu kenal sekalipun. Dan jika kamu musisi, dengan membuat musik dan lagumu sendiri, kamu sedang menceritakan sesuatu sembari secara tidak langsung memperkenalkan karakter dirimu sebagai si “pembawa pesan” pada dunia luarmu. Ini yang muncul dalam pikiran saya ketika saya ada di House of Balcony petang kemarin sambil menonton jam session para finalis Meet The Label 2014. Entah kenapa, di bagian acara jam session ini menurut saya justru menjadi momen percakapan terbaik yang dilakukan peserta untuk saling berkenalan-memperkenalkan diri, dan bercakap-cakap lewat musik mereka.

Sebagai para finalis yang telah melalui proses panjang baik melalui pendaftaran online maupun offline, mereka yang terpilih ini datang dari berbagai kota di Indonesia, yaitu: Garut, Yogyakarta, Jakarta, Bengkulu, Bandung, bahkan Bukittingi dan Banjarbaru. Petang itu, ditemani dengan serangkaian menu makan malam, mereka akhirnya punya ‘mingle time’ untuk saling mengenal satu sama lain. Ada dua belas finalis Meet The Labels tahun ini: yaitu Radicta (band), L-Project (band), Nadias (band), YUNAN (solo), Tosca (band), Mowns (band), Direct Messages (band), Jado (band), Melisa Putri (solo), The Ikan Bakars (band), Kevin L (solo), dan Dysplasia (band). Tentu saja selain berusaha mengenali satu sama lain sebagai kawan baru di perjuangan bermusik, mereka juga bisa mengenali karakter kawan baru mereka ini sebagai lawan dalam proses Meet The Labels 2014. Acara makan malam seperti ini menurut saya jadi strategis untuk saling berkenalan lebih jauh, karena para finalis ini sebenarnya kan sedang berada dalam kompetisi yang bisa jadi tetap menegangkan. So, paling enggak, perut harus kenyang supaya obrolan bisa jadi lebih santai dan menyenangkan. Ahahaa…

   IMG-20141210-WA0012       IMG-20141210-WA0010

Semakin malem, semakin dingin, apalagi ditambah hujan, dan saya dengan pedenya pakai celana pendek. *sigh* Tapi, buat kedua belas finalis ini malah kayaknya semakin memanas juga karena dagdigdug, karena di ruangan mulai bermunculan wakil-wakil dari label rekaman yang bakal mereka perebutkan (((hatinya))) supaya terpilih dan dapet kontrak rekaman. Yeay!! Ada 7 label yang dengan baik hati mengambil peran dalam Meet The Labels 2014 ini, lebih banyak dari tahun sebelumnya, mereka ini adalah: 267 Records, Sony Music Entertainment, Alpha Records, E-motion Entertainment, Seven Music, Universal Music Indonesia, dan Warner Music Indonesia.

Suasana pun semakin hangat dan seru malem itu, pas semua peserta dipersilakan buat jamming di panggung. Nggak cuma dengan temen satu band aja lho, tapi boleh juga jamming sama temen-temen dari band yang lain. Seperti yang sudah saya tulis di paragraph pertama, sesi ini sih menurut saya bagian acara yang paling asyik, karena di sini benar-benar terlihat bagaimana musik itu bisa jadi satu bentuk percakapan, dan bagaimana jam session itu jadi metode paling mudah dan menyenangkan buat saling bercakap-cakap dengan sesama musisi, bahkan mungkin dengan yang belum kamu kenal sekalipun. Lewat proses ‘ngobrol’ di atas panggung melalui nada dan lagu, akan semakin mudah kamu mengenali lawan dan kawan bermusikmu. Pun, jam session sebenarnya juga cara yang lebih santai untuk bercakap-cakap dengan penonton (yang mana malam itu mereka ditonton wakil-wakil label dong!) tentang bagaimana kamu bermusik.

Diantara seluruh jammer malam itu, – kebanyakan sih masih nge-jam dengan bandnya sendiri, mungkin supaya mereka bisa ngasih pra-tontonan ke para wakil label tentang musik mereka – ada beberapa yang saya cukup favorit. Pertama, Jado. Saya suka karena mereka memainkan satu instrumen yang nggak biasa, yaitu pianika, plus, mbak-mbaknya imut sekali yang niup pianika. (Maaf, ini subyektif banget! :D) Yang kedua adalah The Ikan Bakars yang asik banget dengan rap dan reggaenya. Dan yang ketiga plus yang paling saya favoritin adalah jamming-nya Kevin L dan Melisa Putri. Mereka berdua jamming bareng mungkin karena sebagai sesama soloist di kompetisi ini. Tapi bagi saya, mereka jadi memenuhi syarat free jamming sebagai satu cara untuk ‘mingle’ dengan membuat ‘percakapan’ apik ketika menyanyikan lagu Rather Be dan satu lagu tambahan atas request para penonton (tuh kan, penonton aja sampai minta lagi, lho.. :D ).

 IMG-20141210-WA0019  IMG-20141210-WA0016
Kevin L dan Melisa Putri                                                         Jado, peniup pianikanya imut-imut! :P

Jam Session malam itu menutup acara makan malam plus waktu santai untuk berbaur dengan seluruh elemen kompetisi Meet The Labels 2014. Acara selanjutnya mereka dikasih tantangan gila buat ngamen di tiga titik di Yogya: Kopijos, Malioboro, dan Titik Nol Kilometer. Bis sudah berangkat menuju ke tiga lokasi tersebut. Sayangnya, sampai sana ternyata hujan deras banget. Meskipun sebenarnya ngamen sambil hujan-hujanan itu seru, tapi acara ngamen harus dibatalkan, daripada pesertanya pada sakit nanti, sementara besoknya pagi-pagi mereka harus melanjutkan perjalanan ke Lokananta, Solo.

Dari seluruh rangkaian perjalanan mereka nanti sampai di panggung final yang sebenarnya di Terrace Café tanggal 12 December 2014 ini, saya sendiri ingin mempercayai bahwa mereka tidak akan hanya mendapatkan pengalaman yang mendorong mereka menciptakan musik yang lebih baik demi kontrak label. Tapi juga menciptakan karya musik yang lebih baik demi percakapan-percakapan dan mimpi baru yang lebih luas lewat musik mereka. Seperti yang disebut Arthur O’Shaughnessy, “We are the music makers, and we are the dreamers of dreams.” Selamat berkarya, Meet The Labels 2014 Finalist!

-Sita @pporicrazy-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *