Uncategorized

…a letter for you, Mami…

Sebenarnya tidak terlalu ingin menuliskannya di sini.
Tapi, biarlah…semoga kalian bisa memahami perasaan ini. :)

 

 
“Aku tidak menangis ketika roda mobilku berhenti di parkiran rumah sakit.
Aku tidak menangis ketika kakiku berlari menembus lorong rumah sakit tak sabar menemuimu.
Aku tidak menangis ketika langkahku memasuki ruang kamarmu, dan melihat tubuhmu sudah tertutupi selimut hingga kepala.
 
Aku hanya menangis kebingungan, ketika sebuah telepon di subuh hari, dari seorang sahabat, mengabarkan kepergianmu.
Aku hanya menangis dalam sujud subuhku, sebelum aku menemuimu, segera.
Aku sedikit menangis ketika roda mobilku menyusuri jalanan setelah subuh menuju rumah sakit.
Aku sedikit menangis di sebuah perempatan jalan menuju rumah sebentar, sembari menunggu lampu menjadi hijau.
Aku menahan tangisku yang sedikit keluar, ketika melihat jenazahmu disemayamkan di tanah kubur.
 
Dan selebihnya,
Aku tersenyum.
Aku tersenyum kepadamu yang tak lagi bisa melihatku.
Aku tersenyum berusaha menenangkan kerabatmu, Mi, yang terisak menangisi kepergianmu.
Aku tersenyum memandanmu yang dimandikan di atas batangan-batangan pisang.
Aku tersenyum melihat jasadmu tertutupi batik.
Aku tersenyum membelai nisan kayumu di pemakaman.
Aku tersenyum, ikhlas, melepas Mami, dan gak mau perjalanan Mami jadi berat, dengan tangisanku.
Aku tersenyum, karena Mami gak akan menahan sakit lagi.
 
Sore ini, aku tidur sebentar, Mi.
 
Dan sore ini,,
aku menangis hebat.
semua gambar tentang mu bermunculan, Mi.
Dari mulai awal aku mulai mengenalmu, di kantin, dengan semua keriwilan Mami,
dengan semua wejangan Mami, gojegan Mami, saru ne Mami, es tomat Mami,
Mami yang baru selesai solat di mushola, mami yang lagi tiduran di bangku panjang kantin,
Mami yang gak pernah mau kalo kami-kami ini bayar jajanan kami.
…Piye to Mi…wong dodolan kok ra gelem dibayar kie lhooo..
 
Sampe Mami sakit, tapi masih bisa jualan di kantin,
Mami tambah sakit, dan cuman bisa di rumah.
 
Sore ini aku nangis sesenggukan,
Semua penyesalan tiba-tiba mendesak keluar, Mi.
Hari itu, aku malah gak sempet bersujud di kakimu, Mi,
Malam terakhir aku masih bisa ada di deket Mami,
aku malah gak pernah meluk Mami sekalipun.
 
Kalo tau malam itu, malem terakhir aku bisa sama Mami, aku pasti bakal meluk Mami.
Aku pasti berusaha ngajak Mami cerita-cerita sing bisa bikin Mami seneng,
meskipun mungkin Mami terlalu kesakitan buat senyum atau ketawa.
Aku pasti bakal nemenin Mami di ruang IGD.
Paling nggak, buat terakhir kali memandangimu lama, tersenyum, membelaimu,  atau memijitmu.
Aku pasti berlama-lama, dan mencium keningmu, tidak hanya sekedar mencium tanganmu ketika pamit pulang.
 
Kalo tau secepet itu Mami akan pergi,
aku pasti bakal ajak semua anak-anak Mami yang di Jogja, buat dateng nemenin Mami.
Aku pasti lebih sering dateng ke rumah Mami, nemenin Mami,
ngabisin waktu sama Mami.
 
Maafin aku Mi, yg selalu gak bisa ngomong banyak di telepon,
kalo Mami tiba-tiba nelpon aku karna kesepian sendirian di rumah, gak bisa kemana-mana.
Maafin aku ya Mi, yang malah gak dateng ke rumah, nemenin Mami, ketika Mami ngerasa kesepian.
Maafin aku Mi, yg mungkin masih belum bisa menuhin omongan-omongan Mami,
yang bahkan mungkin aku udah lupa apa aja yg terlewatkan buat dipenuhin.
 
 
Aku bahagia melihat Mami bisa ketawa,
dan sedikit seneng-seneng di hari peringatan ulang tahun perkawinan Mami sama Babe.
Aku bersyukur, bisa liat Mami yg hari itu sangat cantik,
terharu dikelilingi anak-anaknya yang merayakanmu dan Babe, ‘nikah lagi’.
Dan aku ikhlas, bersyukur, Mami udah gak kesakitan lagi sekarang.
 
Istirahat yang damai ya Mami,
aku cuman bisa menjalankan tugasku sebagai anak Mami,
semoga aku cukup bisa jadi anak sholeh,
supaya bisa doain Mami dengan baik,
supaya amalan pahala buat Mami insyaallah bisa terus mengalir.
 
Istirahat yang damai Mi,,
karena kami semua selalu menyayangimu,
dalam hati kami yang paling dalam.
Love you, Mi…
 
terima kasih buat semua yang pernah Mami berikan buat kami,
bekal hidup lewat wejangan, omelan, riwilan,….
pelajaran hidup tentang ketabahan, kesabaran, keikhlasan….
 
 
Innalillahi wa innailaihi rajiuun,….
Allahumma figrlaha warhamha wa’afiha wangfunganha…
Allahumma latahrimna ajroha, walataftinna ba’daha, waghfirlana, wallaha…
 
12 Agustus 2011.
Satu hari sebelum 7 hari peringatan kepergianmu.
Love you, always…
Anakmu, Mi.
Sita.”
 
Sekarang, kami semua, mencoba terus tersenyum,
tentangmu. 
 

One Comment

Leave a Reply to pengki Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *